" SENTUHAN RAMADHAN "

Coba lihat lalu bandingkan suasana bulan Ramadhan dengan sebelum atau sesudahnya. Kita akan melihat perbedaan yang mencolok. Di bulan Ramadhan, bukan hanya fenomena masjid-masjid yang penuh sesak dengan orang-orang yang melaksanakan shalat tarawih.

Penampilan para wanita pun mengalami metamorfosa. Tak ketinggalan para artis yang -maaf- biasanya lebih senang seronok dan mengumbar aurat, banyak di antara mereka yang mengenakan busana Muslimah. Pengajian-pengajian di kantor-kantor pun menambah marak suasana ibadah di bulan ini.

Ruh Ramadhan menyusup ke relung-relung kehidupan siapa saja. Termasuk orang yang paling semula sangat jauh dengan ibadah. Saya tahu ada orang-orang yang rajin ke masjid untuk melaksanakan shalat isya berjamaah dan shalat tarawih, padahal sehari-harinya ia baragajul. Kenapa? Apa rahasia Ramadhan hingga bias memikat dan menggugah fitrah insan untuk kembali ke hakikat penciptaannya: ibadah? Rahasia-rahasia itu tentu saja berada di tangan Allah. Dan kedekatan fitrah manusia dengan Ramadhan juga tidak lepas dari rancangan besar Allah, Kita hanya bisa menyebutkan beberapa keistimewaan Ramadhan berdasarakan informasi-informasi yang disampaikan oleh-Nya dalam Quran atau oleh Rasul-Nya dalam hadits-hadits shahih. Antara lain sebagai berikut:

Pertama, Ramadhan adalah bulan diturunkannya AI-Quran. Dan Al-Quran adalah petunjuk hidup manusia. "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)" (QS. 2:185). Dan tentu saja bukan tanpa hikmah Allah swt, memilih Ramadhan sebagai bulan turunnya Quran.

Kedua, Ramadhan adaiah bulan peningkatan dan pelipatgandaan kesabaran. Dalam hadits yang Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, "Shaum adalah setengah kesabaran." Dan kesabaran adalah hal paling menonjol saat seseorang melaksanakan ibadah puasa. Bayangkan di hadapannya ada segala sesuatu yang halal untuk dinikmati. Namun ia meninggalkannya karena mencari ridha Allah swt. Imam AI-Ghazali mengatakan bahwa shaum merupakan seperempat iman. Analisisnya begini: shaum adalah setengah kesabaran. Sedangkan dalam hadits lain disebutkan bahwa kesabaran merupakan separuh iman.

Ketiga, di bulan Ramadhan peluang untuk melakukan kebaikan di buka lebar dan didorong sedemikian kuatnya. Rasulullah saw. bersabda: "Jika Ramadhan tiba, pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (Al-Bukhari dan Muslim)

Para ulama menjelaskan hadits itu, "Setan dibelenggu dan dipasung. Sehingga di bulan Ramadhan ini mereka tidak dapat menjangkau sejauh yang mereka lakukan di luar Ramadhan. Karenanya Anda melihat tipu daya dan bisikan setan berkurang dibandingkan dengan di luar Ramadhan. Bahkan mereka takut Ramadhan seperti mereka taku akan adzan dan qomat."

Keempat, di bulan Ramadhan ada satu malam yang paling indah dalam kehidupan manusia, lebih baik dibandingkan dengan nilai seribu bulan: lailatul-qadar. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikatmalaikat dan malaikat jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan : Malam itu (penuh) kesejahteraan sampat terbit fajar." (QS. 97:1-5)

Kelima, bulan yang penuh dengan pengabulan doa. Ini disebabkan karena orang yang berpuasa mempunyai peluang besar doanya dikabul oleh Allah swt. Sabda Rasulullah saw., "Setia Muslim mempunyai doa yang mustajabah yang ia lantunkan pada bulan Ramadhan." (Diriwayatkan oleh Ahmad)
Menangkap Sentuhan Itu

Tentu saja segala keutamaan Ramadhan itu tidak menjebak kita untuk barang hanya Ramadhan bulan taat, bulan ibadah dan bulan kebaikan. Karena segala adalah bulan taat, ibadah, dan kebaikan. Puasa pada bulan Ramadhan hanyalah: satu momentum untuk menumbuhkan dan meningkatkan ketakwaan.

Nah, esensi dan kunci dari taqwa adalah muraqabatullah. Muraqabatullah adalah kesadaran pada seseorang bahwa dirinya selalu berada dalam pantauan dan pengawasan Allah di mana pun dia berada dan kemana pun dia pergi. Kesadaran muraqabatullah inilah yang membuat seseorang akan menjadi pengawas dirinya sendiri. Orang yang memiliki muraqabatullah tidak akan merasa rugi jika dirinya jujur sementara orang banyak tidak jujur. Prinsip dia adalah: meskipun semua kawan saya tidak jujur, saya tetap jujur. Karena saya dan mereka akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Lalu apakah setiap orang yang memasuki bulan Ramadhan seraya melaksanakan puasa di dalamnya dijamin keluar sebagai orang yang bertaqwa? Ayat 183 surah Al-Baqarah itu mengatakan la'allakum tattaqun. La'alla itu bermakna roja (harapan). Jadi kalimat la'allakum tattaqun bermakna mudah-mudahan atau dengan harapan kamu menjadi orang yang bertaqwa. jadi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan punya harapan dan memiliki peluang menjadi orang yang bertaqwa. Tapi jaminan ini hanya berlaku bagi orang-orang yang mensikapi Ramadhan dengan benar.

Shaum (terutama di bulam Ramadhan) memang merupakan kekuatan besar untuk memunculkan manusia-manusia bertaqwa. Namun demikian munculnya manusiamanusia bertaqwa itu tidak hanya ditentukan oleh faktor Ramadhannya. Akan ada orang yang tidak mendapatkan apa pun dari Ramadhan jika memang diri dan jiwanya tidak siap untuk dibentuk dan diwarnai oleh Ramadhan itu.

Inilah alasan penting mengapa kita perlu mempersiapkan diri kita untuk memasuki bulan Ramadhan. Agar kita menjadi manusia yang siap dibentuk dan diformat ulang oleh bulan mulia itu dengan segala aktifitas ibadah yang ada di dalamnya.

Ada paling tidak empat sikap dasar yang harus kita miliki saat menjalankan ibadah shaum pada bulan Ramadhan agar diri kita bisa diwarnai dan dibentuk olehnya. Sikap-sikap itu adalah:

Pertama, pasrah dan menerima sepenuh hati. Sikap awal seorang Muslim adalah tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan Allah. Dan ketundukan ini berangkat dari keyakinan bahwa segala ketentuan Allah Allah swt. adalah berdasarkan ilmu, keadilan, dan kebijaksanaan Allah swt. berfirman:

"Maka demi Tuhanmu, mereka sesungguhnya fidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim daiam menyelesaikan apa yang mereka perselisihkan kemudian mereka tidak merasa sempit untuk menerima apa yang engkau putuskan dan mereka pasrah dengan sepenuh hati." (AnNisa 65)

Kedua, lkhlas. Ini merupakan salah satu kunci penting bagi suksesnya sebuah amal. Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya setiap orang hanya akan memperoleh apa yang dia niatkan." (Al-Bukhari). Hilangnya keihklasan bukan saja membuat sebuah amal sia-sia melainkan juga membuat pelakunya tidak tahan dengan segala beban dan resiko dari amal itu.

Ketiga, meninggalkan segala sesuatu yang membatalkan dan merusak ibadah shaum. Yang membatalkan shuam hanya tiga yakni makan, minum, dan senggama di siang hari. Yang lebih banyak adalah hal-hal yang membuat ibadah puasa kita rusak dan tidak mendapatkan pahala dari Allah swt. alih-alih menjadi orang yang bertakwa.

Keempat, melaksanakan segala amaliyyah Ramadhah secara optimal sejauh kernampuan kita. Amaliyyah Ramadhan meliputi antara lain: shalat wajib lima waktu, shalat Sunnah, shaum, berbukka , makan sahur, membaca Quran, bertaubat dan istighfar, berdo'a, infaq dan shadaqah, berdakwah dan berjihad.


Selengkapnya'...

CINTA dan BENCI KARENA ALLAH

Dalam diri manusia, ada perasaan cinta dan benci. Inilah di antara anugerah yang Allah berikan kepada manusia untuk dikelola dan diarahkan pada hal-hal yang positif sesuai dengan yang Allah dan Rasul inginkan.

Kadang manusia belum tahu bagaimana cinta dan benci dalam dirinya dikelola dan diarahkan dengan benar. Acapkali manusia mencintai sesuatu yang tidak bermanfaat baginya, begitu sebaliknya, membenci sesuatu yang sebenarnya bermanfaat baginya.

Sesungguhnya cinta dan benci termasuk pintu-pintu kebaikan yang dianugerahkan Allah untuk kebaikan pula. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Cinta dan benci akan membawa manusia meraih kebaikan di dunia dan akhirat jika keduanya ditempatkan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya.

Manusia yang beriman kepada Allah akan menyandarkan rasa cinta dan bencinya pada petunjuk Allah dan RasulNya. Jika Allah mengarahkan kepada hal-hal yang dikehendakiNya, maka manusia yang beriman harus tunduk dan taat karena pada hakikatnya itulah sepatutnya yang dilakukan. Bahwasannya semua yang diperintahkan Allah dan RasulNya pasti akan mendatangkan kebaikan bagi manusia.

Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi manusia.

Selengkapnya'...

" PERANG ITU NAMANYA GHAZWUL FIKRI "

Perang. Siapa yang suka perang? Normalnya manusia tidak suka. Apalagi kaum ibu. Tapi ada saja pihak-pihak yang dengan sengaja mengobarkan perang karena maksud-maksud menguasai pihak-pihak yang ingin dikuasai. Dewasa ini perang tidak hanya menggunakan senjata fisik seperti bedil dan tombak. Dewasa ini perangnya bahkan lebih berbahaya karena yang mengobarkan perang justru menyembunyikan aktifitasnya dengan berbagai bungkus sehingga musuh yang diperangi tidak sadar sedang diperangi. Tujuannya tetap sama, yaitu mengalahkan dan menguasai musuh, hanya caranya yang berubah drastis.

Perang yang kita bicarakan ini adalah yang sangat konsepsional, sangat luas bidangnya, sangat lihai dalam memilih cara sehingga tidak disadari musuh, sangat jauh dampaknya kepada jiwa lawan dan sangat lama masa berlangsungnya. Ghazwul Fikri. Secara bahasa artinya perang pemikiran. Ada yang mengistilahkan dengan perang urat syaraf.

Perang ini baru muncul sekitar awal abad duapuluh dan merupakan upaya musuh-musuh untuk menjatuhkan kekuatan Islam secara tuntas. Ghazwul fikri dilaksanakan dengan cara melakukan dua tipudaya dasar yang disusupkan dalam fikrah (pemikiran) ummat Islam. Tiga tipudaya tersebut adalah takhwif (usaha untuk menimbulkan rasa takut kepada selain Allah), dan tadl-lil (usaha pengkaburan berbagai konsepsi dalam fikrah Islami). Adapun bentuk-bentuk upayanya dapat sangat beragam, antara lain:

- dengan berbagai opini sesat di media dan di tengah masyarakat muslim

- melalui film, sandiwara, pertunjukan seni, maupun lirik-lirik lagu yang dikemas indah

- melalui berbagai bentuk fiksi baik fiksi murni, fiksi ilmiah, cerita komik, cerita drama sampai cerita anak

- melalui berbagai sandiwara politik dan peristiwa seperti sandiwara Holocaust dimasa Perang Dunia II dan lain-lain

- melalui berbagai acara ilmiah yang mempertontonkan berbagai kecanggihan militer dan intelijen mereka

- melalui penyebaran berbagai adat kebiasaan non-Islam yang dipromosikan dan dikemas dengan berbagai keindahan dan kemeriahan
Mungkin masih banyak lagi cara-cara dan media perang mereka yang kita belum tahu, namun intinya tetap sama. Ini perang sungguhan dan ini perang yang curang.

Kecurangan yang paling nyata adalah dalam cara mereka bersembunyi ketika menyerang. Berbagai film-film menarik yang bahkan dinobatkan (oleh mereka sendiri) sebagai film-film terbaik, ternyata di dalam film itu ada berbagai propaganda anti Islam yang menusuk.

Promosi berbagai perayaan adat jahiliyah yang dikemas sedemikian rupa sebagai “warisan pelecehan terhadap nilai-nilai tinggi Islam. Misalnya di Mesir, digencarkan promosi kebudayaan Mesir kuno zaman Fir’aun, lengkap dengan segala atributnya dan berbagai upacara penyembahan berhala, itu semua bertujuan tersembunyi agar masyarakat Mesir yang kini Muslim mulai meninggalkan nilai-nilai Islam dan kembali bangga dengan nilai-nilai zaman Fir’aun.

Cobalah simak program-program sebuah channel tv khusus tentang berbagai kebudayaan dari tv berlangganan. Bahkan cd-cdnya dijual di toko cd.
Lalu untuk apa rubrik ini membicarakannya? Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa justru perang itu (Ghazwul Fikri) sangat tidak disadari di negeri ini. Para penjaga Benteng Terakhir negeri ini (baca: kaum ibu) apakah sadar bahwa setiap hari mereka dicekoki racun-racun Ghazwul Fikri lewat kotak kaca yang menjadi hiburan wajib setiap rumahtangga? Apakah para Penjaga Benteng Terakhir masih saja rela membelikan racun telinga dan jiwa bagi putra-putri mereka yang berbentuk berbagai format lagu, yang seolah wajib kini selalu hadir menghiasi pendengaran putra-putri kita dua-puluh-empat jam? 24 jam? Ya! Tidak jarang putra-putri kita belajar sampai tertidur tetap memasang alat mantra tersebut ke kuping mereka!

Mantra! Memang seperti mantra, boleh jadi lagu yang dipasang langsung ke telinga dapat mempengaruhi jiwa anak kita lewat kata-kata yang terdengar maupun tidak terdengar dari lagu tersebut. Efeknya bisa sampai seperti mantra. Seperti orang terhipnotis. Masih ingat fenomena Kurt Cobain musisi metal dari ujung Utara bumi yang membuat lagu tentang bunuh diri dan kemudian melaksanakannya? Kemudian jejak langkahnya diikuti oleh beberapa orang penggemarnya. Tersihir!

Tahukah para Penjaga Benteng Terakhir bahwa brainwashing atau cuci otak dapat terjadi dengan cara seseorang terus menerus mendengarkan kata-kata yang sama berulang-ulang, yang apalagi jika dikemas dengan nada-nada musik dan dentingan alat musik akan semakin memperkuat efeknya karena akan masuk ke bagian otak yang tanpa nalar? Jika seseorang sudah gandrung dengan suatu lagu, niscaya dia akan mendengarkannya berulang-ulang dan tak jarang mendengarkannya sambil sangat relaks yang berarti masuk ke tingkat kesadaran yang bisa dengan mudah disurupi jin?

Tanyakan pada para ahli ruqyah syar’iyyah (para terapis yang mempunyai ketrampilan mengobati orang kesurupan). Apakah para ibu muslimah dan para remaja penikmat lagu selalu mengerti apa yang dinyanyikan dalam lirik lagu kegemaran mereka? Banyak sekali yang mengaku tidak memperhatikan makna lagu, yang penting enak mengelus gendang telinga, meskipun kadang sebenarnya mudah saja mempelajari lirik lagu tersebut, tapi jarang yang secara serius mencoba mencari apa makna sebenarnya. Paling jauh sebagian besar penikmat lagu hanya mengingat arti dari bagian-bagian tertentu dari lagu tersebut, terutama kalau dianggap cocok. Misalnya refrain yang meneriakkan kata-kata pujian cinta atau patah hati.

Di era menjelang tahun 80-an, era kami-kami yang kepala empat masih remaja, ada lagu dari sebuah grup musik Queen yang berjudul Bohemian Raphsody. Lagu yang diteriakkan oleh Freddy Mercury yang minta disuntik mati karena AIDS tersebut, seluruh isinya adalah pelecehan terhadap nilai-nilai Islam, bahkan sampai penolakan atas takdir (“ sometimes ‘ wished I’ve never been born before”). Lagu ini dulu termasuk Hit, bahkan bertahan masih digemari hingga kini.

Masih ingat lagu berbahasa spanyol yang sempat ketahuan ternyata berbicara tentang iblis? Grup musik Last Ketchup yang melantunkan lagu tersebut bahkan mengakui tak faham isi lagunya karena berbahasa kuno. Itu mantra setan!

Masih-kah para Penjaga Benteng Terakhir merasa masa kini sudah tak ada lagi perang dan karenanya boleh bersantai dalam menjaga bentengnya? Masihkah kita menyangka bahwa zaman sudah berubah dan kini musuh-musuh Islam sudah beristirahat dari memerangi kita? Lihatlah ke sekeliling, dan lihatlah dengan teliti.

Selengkapnya'...

" KETELADANAN "

Kata ini digemari dalam wacana, namun banyak dibantah dalam perilaku. Kata ini seperti ringan diucapkan, namun amat sangat berat dijalankan. Mungkin juga termasuk sebuah konsep yang paling sering di-silat-lidah-i oleh para orangtua yang tak terima ketika digugat oleh kaum muda.

Qudwah, yang sering langsung diterjemahkan sebagai keteladanan, merupakan salah satu Metode Pendidikan Islam yang paling efektif.

Qudwah juga merupakan salah satu perilaku Nabi Muhammad SAW. Perilaku beliau SAW tak pernah menyalahi apa yang beliau ajarkan.

Yah, di situlah intinya, Qudwah artinya, perilaku si pendidik tidak menyalahi atau tidak bertentangan dengan apa yang ia ajarkan kepada anak didiknya.

Suatu sore seorang ayah marah pada anaknya yang kedapatan berbohong padanya. Si anak mengaku pagi itu ia pergi ke rumah neneknya, padahal kemudian ketahuan ia sebenarnya ke warnet. Si anak yang sudah remaja, tak tampak menyesal dimarahi orangtuanya. Mengapa?
Suatu sore lain di masa lalu anak itu, si ayah mendengar pintu diketuk dari luar, si anak disuruh melihat ke jendela dan melaporkan siapa gerangan yang datang. Ternyata teman kantor sang ayah. Si anakpun melapor: ”Pak Fulan, Yah. Aku bukakan pintu ya?”. Serta merta si ayah menyilang telunjuknya ke bibir dan bicara perlahan tapi tegas: ”Ssst! Jangan keras-keras, jangan ketahuan ayah ada di rumah, bilang padanya ayah pergi!” Si anak memandang heran, tapi sang ayah segera menukas:” Sudah jangan banyak tanya, bilang saja begitu!”.

Dapat kita bayangkan, jika kejadian semisal ini sering terjadi, maka sang anak sebenarnya dibesarkan dengan qudwah yang salah. Ayahnya mengharapkan ia tumbuh menjadi pemuda jujur, namun sebagai ayah ia sendiri tidak memberi contoh sebagai sosok yang jujur. Sebaliknya, ia malah lebih dahulu mengajarkan anaknya untuk berbohong.

Di pojok lain di atas dunia ini, seorang ayah menasehati anaknya dengan keras untuk tidak menonton film xxx (film porno). Sang ayah baru mendapat laporan dari sekolah anaknya yang SMA, bahwa si anak kedapatan membawa vcd xxx tersebut di dalam tas sekolahnya. Karena pihak sekolah memberikan hukuman ”merumahkan” si anak, maka ayahnya merasa perlu menasehati anaknya. Tapi apa kata si anak: ”Papa sendiri juga punya ’kan, bahkan ini salah satu koleksi Papa”. Apa jawab ayahnya: ”Lha! Wah kamu kurang ajar dua kali, berarti kamu mencuri benda itu dari tempat Papa ya?”. Kali ini suaranya merendah, sebab ia tak mau isterinya mendengar pembicaraan ini.

Apa anehnya bagi kita jika si remaja SMA ini kemudian juga keranjingan nonton film mesum, jika ia tahu bahwa ayahnya (yang seharusnya menjadi tokoh panutan baginya) juga melakukan dosa yang sama. Apakah ada pembenarannya bahwa seorang bapak boleh menonton film mesum sementara anak tak boleh?

Ehem-ehem, ini kritikan kecil untuk tuan-tuan dan puan-puan di KPI (Komite Penyiaran Indonesia), hendaknya tontonan kekerasan dan kemesuman juga dilarang bagi acara orang dewasa, apalagi mereka yang punya anak. Jadi jangan cuma melarang yang jam tayangnya masih jam anak menonton, tapi hendaknya menghapus semua tontonan seperti itu. Sama sekali tidak memberikan keteladanan bagi anak-anak.

Masih ada yang heran mengapa anak sekarang kecil-kecil sudah merokok, kemudian agak gede sedikit jadi ng-gele (narkoba)? Mengikut pepatah yang ”Guru...(sensor) berdiri, murid...(sensor) berlari”, maka jika si orang tua dulu tahun 1980-an merokok pada usia 15 th, maka anaknya di tahun 2008-an ini merokok di usia 7-10 th. Lebih canggih dari orangtuanya dong, karena begitu tabiatnya.

Jangan heran jika seorang anak menjadi pecandu narkoba jika ternyata ayahnya perokok.

Itulah tabiat dari metode pendidikan yang paling efektif ini. Qudwah artinya, anak didik kita akan segera mengikuti APA YANG KITA LAKUKAN, bukan APA YANG KITA KATAKAN.

Pernah lihat balita lucu gemas menyanyi lagu cinta, atau itu tuh dulu, lagunya mantan Ratu: Teman Tapi Mesra? Apa sih yang dimengerti anak 4 tahun tentang lirik lagu tersebut? Tapi siapa bilang anak usia itu tak bisa melantunkannya, komplit dengan nada? Meniru.

Meniru adalah cara awal manusia belajar, termasuk belajar bahasa.
Meniru juga termasuk cara belajar skill. Misalnya belajar berenang dan naik sepeda, bukankah kita menyuruh anak meniru gerakan kita?

Memang ada peniruan yang harus disesuaikan dengan usia, misalnya, seorang anak yang berumur 7 tahun kita larang menyetir mobil karena ”belum cukup umur”. Namun orangtua harus mampu mengkomunikasikan mengapa pada usianya sekarang ia dilarang belajar menyetir mobil, misalnya dengan menerangkan tentang kakinya yang masih terlalu pendek untuk mencapai pedal gas dan rem di ruang kemudi bagian bawah. Jadi memang ada hal yang kita boleh lakukan namun anak belum boleh melakukannya. Tapi ini harus jelas diterangkan kepada anak agar ia tidak menuduh kita asal melarang.

Jika yang dilakukan adalah suatu set perilaku sosial seperti misalnya berbohong tadi, maka sama saja. Yang sebenarnya terjadi adalah peniruan yang dikembangkan, artinya si anak tidak meniru persis, tapi meniru kemudian memperluas.

Masih adakah para orangtua yang heran mengapa seorang anak tetap melakukan apa yang dilarang, jika saja orangtua tersebut sadar bahwa ia sendiri melakukan apa yang ia larang untuk anaknya?

Adakah yang belum tahu bahwa dalam kitab suci kita, Al-Qur’an yang mulia, Allah menyatakan ”amat benci” pada apa yang kita katakan tapi tidak kita kerjakan? Lihat QS 61: 2-3: ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”

Selengkapnya'...